Ya ampun sudah lama sekali nggak update blog ini. Terakhir nulis pas mau nyiapin pernikahan, itu berarti 4 tahun yang lalu. Well ini sudah Januari 2022, saatnya menulis lagi. Agar bisa dikenang kemudian hari dan juga bermanfaat bagi orang-orang.
Kali ini mau sekedar curhat kehidupan after wedding reception.
Tahun pertama pernikahan itu banyak banget kesulitannya. Sulit adaptasi ke pasangan, sulit adaptasi ke keluarga. Belum lagi kami ada masalah dalam reproduksi.
1 tahun menikah kami belum juga dikaruniai anak. Karena itu aku periksa ke obgyn, dan suami juga periksa ke dokter Andrologi. Andrologi itu nama spesialisnya lho, bukan nama dokternya.
Well memang kayaknya dokter andrologi itu belom terkenal kayak dokter obgyn ya. Sebab kebanyakan masyarakat kita menganggap kalau sulit hamil itu pasti masalahnya di istrinya. Makanya diperiksakan ke Obgyn. Padahal belum tentu. Memangnya kalau tanpa sperma suami, istri bakal bisa hamil? Nggak kan. Jangan bilang itu Maryam bisa punya anak Nabi Isa As. Itu beda kasus jenaaaaabbb...
Singkat kata aku konsultasi ke dokter Obgyn di RS JMC. Kata dokter, aku PCO alias hormonnya tidak seimbang. Saat itu aku diminta meminum obat untuk menyeimbangkan hormon. Tapi sayangnya, obat itu habis stock di RS. Akhirnya tak diminum.
Disaat yang sama, suamiku berobat ke dokter Andrologi di RS Budhi Jaya, Jaksel. Selain konsultasi, suami periksa keseimbangan hormon juga. Sekali konsultasi+pemeriksaan+obat itu biayanya 2,5 juta rupiah guys. Dan itu dilakuin 2x. Totalnya 5 juta.
Baru deh sadar kalo anak itu bener-bener mahal dalam artian sebenarnya. Nominal yang aku keluarin itu masih receh dibanding yang melakukan program hamil tabung. Bisa ratusan juta. Makanya aku sebeeeellll banget kalo ada berita orang buang anak. Dia nggak sadar udah ngebuang sesuatu yang mahal dan berharga.
Tapi bener kata pepatah, manusia hanya bisa berusaha, Tuhan yang menentukan. Kami sudah ikhtiar ini itu, tapi belum juga muncul dua garis di testpack.
Sampai suatu hari aku merasa lemeeeesss banget pulang kerja. Aku biasa naik KRL dan berdiri Klender-Depok, kala itu pas turun dari KRL lemes banget kayak mau pingsan. Aku sampai telpon suami minta jemput di stasiun. Padahal waktu itu suami lagi main dirumah mertua yang jauh dari stasiun. Tapi karena bener-bener lemes, rela nunggu dijemput suami walaupun lama.
Pas suami dateng jemput, diperjalanan pulang kerumah kita mampir dulu ke apotek beli testpack. Karena aku udah telat 12 hari. Sebelumnya pernah telat juga, tapi belom jadi testpack eh ternyata keluar haidnya hahahaha.
Aku beli testpacknya cuma dua buah. 1 merk sensitif yang batangan, 1 merk onemed yang harganya cuma Rp.6.000 .
Begitu sampai rumah nggak langsung dicoba karena pernah baca waktu yang paling baik testpack itu pagi-pagi karena hormon lagi tinggi. Yaudahlah ya kita tidur. Terus aku kebangun, langsung coba testpack. Pertama yang dicoba testpack 6ribu itu. Warna garis yang kedua tuh samar banget. Mana mata masih ngantuk ya kan, makin keliatan samarlah itu garis. Pas keluar kamar, ngecek jam ternyata baru jam 12 malem . Hahahahaha kirain udah pagi.
Besok paginya langsung dicoba lagi yang testpack sensitif. Dan alhamdulillah hasilnya 2 garis. Langsung kasih suami yang lagi di depan pintu kamar mandi. Ekspresi dia biasa aja. FYI, kita pasangan poker face, dalam artian kurang ekspresif. hahahaha... tapi meski begitu dalam hati terharu banget akhirnya penantian selama 1 tahun terjawab juga dengan garis dua di testpack.
| Alhamdulillah positive |
























